Senin, 17 Januari 2011

Klasifikasi Jaringan Distribusi
Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Drs. Daman Suswanto
Ali Basrah Pulungan, S.T., M.T.
alibp@ft.unp.ac.id

I Pendahuluan
A. Deskripsi
Pada modul 2 ini dijelaskan keuntungan dan kerugi-an masing-masing klasifikasi jaringan distribusi tenaga listrik berdasarkan ukuran tegangan, ukuran arus, sistem penyaluran, konstruksi jaringan, dan bentuk jaringan.

B. Prasyarat
Mahasiswa yang akan mengikuti perkuliahan ini diharapkan telah mengikuti perkuliahan Sistem Pembangkit Tenaga Listrik.

C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Bacalah modul ini secara berurutan, mulai dari tujuan sampai pada soal pertanyaan, dan pahami secara benar isi dari setiap sub-babnya.
2. Amati tugas yang akan dikerjakan, dan diskusikan dengan teman.
3. Bila terjadi kesulitan dalam memahami teori ini, Saudara dapat konsultasikan pada dosen atau dapat Saudara diskusikan kepada teman sekelompok diskusi.



D. Tujuan Akhir
Mampu menjelaskan keuntungan dan kerugian masing-masing klasifikasi jaringan distribusi tenaga listrik berdasarkan ukuran tegangan, ukuran arus, sistem penyaluran, konstruksi haringan, dan bentuk jaringan.

E. Kompetensi
Memiliki kemampuan menentukan keuntungan dan kerugian masing-masing klasifikasi jaringan distribusi tenaga listrik berdasarkan ukuran tegangan, ukuran arus, sistem penyaluran, konstruksi jaringan, dan bentuk jaringan

F. Cek Kemampuan
Cek kemampuan mahasiswa dilakukan dengan memberikan tugas dan kuis pada setiap modul.

I Pembelajaran
Sistem jaringan distribusi tenaga listrik dapat diklasifikasikan dari berbagai segi, antara lain adalah :
A. Berdasarkan Ukuran Tegangan
Berdasarkan ukuran tegangan, jaringan distribusi tenaga listrik dapat dibedakan pada dua sistem, yaitu (a). sistem jaringan distribusi primer, dan (b). sistem jaringan distribusi sekunder.
1. Sistem jaringan distribusi primer
Sistem jaringan distribusi primer atau sering disebut jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT) ini terletak antara gardu induk dengan gardu pembagi, yang memiliki tegangan sistem lebih tinggi dari tegangan terpakai untuk konsumen. Standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 6 kV, 10 kV, dan 20 kV (sesuai standar PLN). Sedangkan di Amerika Serikat standar tegangan untuk jaringan distribusi primer ini adalah 2,4 kV, 4,16 kV, dan 13,8 kV.
2. Sistem jaringan distribusi sekunder
Sistem jaringan distribusi sekunder atau sering disebut jaringan distribusi tegangan rendah (JDTR), merupakan jaringan yang berfungsi sebagai penyalur tenaga listrik dari gardu-gardu pembagi (gardu distribusi) ke pusat-pusat beban (konsumen tenaga listrik). Besarnya standar tegangan untuk jaringan ditribusi sekunder ini adalah 127/220 V untuk sistem lama, dan 220/380 V untuk sistem baru, serta 440/550 V untuk keperluam industri.




Tabel 3.
Nilai Standar Tegangan Nominal & Tegangan Tinggi Peralatan

Tegangan Nominal kV) Tegangan Tinggi Peralatan (kV)

6
10
20
30
66
110
150
220
380
500
750

7,2
12
24
36
72,5
123
170
245
420
525
765

Sumber :
Keputusan Dirjen Tenaga Listrik No. 08/K/1970 tanggal 16 Januari 1970 dan
No. 39/K/1970 tanggal 16 Mei 1970, dan IEC No. 38/1967.

Besarnya tegangan maksimum yang diizinkan adalah 3 sampai 4 % lebih besar dari tegangan nominalnya. Penetapan ini sebanding dengan besarnya nilai tegangan jatuh (voltage drop) yang telah ditetapkan berdasarkan PUIL 661 F.1, bahwa rugi-rugi daya pada suatu jaringan adalah 15 %. Dengan adanya pembatasan tersebut stabilitas penyaluran daya ke pusat-pusat beban tidak terganggu.

3. Tegangan Lebih
Pada sistem jaringan tenaga listrik seringkali terjadi perubahan tegangan yang lebih tinggi dari tegangan maksimumnya, baik lebih tinggi untuk sesaat yang berupa tegangan lebih peralihan (transient over voltage) maupun lebih tinggi secara bertahan yang berupa tegangan lebih stasioner. Pada umumnya tegangan lebih ini ditimbulkan oleh dua sebab, yaitu disebabkan kerana sistem itu sendiri dan sebab luar sistem.
Tegangan lebih yang disebabkan oleh sistem itu sendiri biasanya terjadi karena :
a. Adanya gangguan hubung singkat (short circuit) pada kawat penghantar jaringan.
b. Putusnya kawat penghantar yang panjangnya melebihi batas tertentu.
c. Adanya kerja hubung yang terjadi karena penutupan atau pembukaan saklar (switch) dengan cepat, atau tak serempaknya pemutusan saklar pemutus jaringan pada rangkaian tiga fasa.

Tegangan lebih yang disebabkan dari luar sistem, biasanya terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan peristiwa alamiah yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia, seperti sambaran petir.
Tegangan lebih yang disebabkan karena sambaran petir ini berjalan dengan cepat dengan bentuk gelombang yang berubah-ubah (tak periodik), sehingga dikenal dengan tegangan lebih peralihan (transient over voltage).
Sedang untuk tegangan lebih yang disebabkan dari sistem itu sendiri biasanya bertahan cukup lama yang berbentuk sama dengan tegangan sistem, sehingga dikenal dengan tegangan lebih stasioner atau tegangan lebih periodik.
Besarnya tegangan lebih periodik ini dapat mencapai 120 sampai 200 % dari tegangan nominalnya, sedangkan dari tegangan lebih peralihan bisa mencapai hingga 500 % dari tegangan nominalnya.
Hal ini disebabkan karena pengaruh panjang jaringan, sehingga besarnya dibatasi oleh rambatannya sepanjang jaringan tersebut melalui beberapa tiang.
Karena besarnya tegangan lebih peralihan ini, maka perencanaan isolasi dari peralatan jaringan kebanyakan berdasarkan tegangan lebih peralihan tersebut.
Hal ini dilakukan agar peralatan jaringan dapat mengatasi gangguan tegangan lebih tersebut. Makin dekat peralatan jaringan dengan pusat gangguan (sumber petir), makin besar kemungkinan terkena sambaran petir. Oleh karena itu kemampuan menahan tegangan sistem bagi peralatan-peralatan jaringan harus lebih tinggi.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Standar Tegangan
Perbedaan tegangan pada jaringan transmisi dan jaringan distribusi untuk setiap negara sangat berlainan. Biasanya tiap-tiap negara menentukan standar tegangan sendiri-sendiri. Pemilihan standar tegangan ini tergantung pada faktor-faktor :
a. Faktor tekno-ekonomis, karena dengan adanya perubahan tegangan akan menimbulkan persoalan-persoalan teknis yang ditimbulkan dan diperlukan modal (investasi) yang cukup besar, sehingga menghasilkan sistem yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang mempunyai kualitas tinggi.
b. Faktor kepadatan penduduk, Makin padat suatu daerah, makin tinggi beban pelayanannya. Dan ini akan mengganggu kestabilan tegangan.
c. Faktor besarnya tenaga listrik yang harus disalurkan dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik ke Pusat-Pusat Beban (load centers).
d. Faktor jarak penyaluran tenaga listrik yang harus ditempuh untuk memindahkan tenaga listrik tersebut secara ekonomis. Makin dekat daerah pelayanan, tegangannyapun tidak akan besar.
e. Faktor perencanaan jangka panjang, bila terjadi perubahan-perubahan dan penambahan-penambahan pada beban dikemudian hari.
f. Faktor kemajuan teknologi dari masing-masing negara. Dengan perkembangan teknologi makin pesat maka setiap terjadi perubahan tegangan diperlukan penelitian baru.

Tabel 2 di bawah ini memperlihatkan perbedaan tegangan standar untuk beberapa negara.
Tabel 2
Standar Tegangan Jaringan Transmisi dan Distribusi

Negara
Jaringan
Transmisi Jaringan
Distribusi

1. Indonesia


30 kV
70 kV
150 kV
275 kV
500 kV
6 kV
20 kV

2. Inggris 66 kV
132 kV
275 kV
6,6 kV
11 kV
33 kV


3. Amerika Serikat 138 kV
150 kV
287 kV
345 kV
500 kV
765 kV
13 kV
23 kV

Masalah standar tegangan merupakan masalah yang kompleks. Karena bila tegangan jaringan distribusi dinaikkan (dari 6 kV hingga 20 kV) berarti perlu perubahan kualitas isolator, penambahan biaya peralatan, perubahan kualitas gardu distribusi (pembagi), dan sebagainya. Semua dilakukan dengan memperhitungkan daya yang disalurkan, jarak penyaluran, bentuk/konfiguarsi jaringan, keandalan (realibility) sistem, biaya peralatan, dan standarisasi peralatan yang digunakan untuk setiap perubahan tegangan tertentu. Sehingga penentuan tegangan merupakan bagian dari perencanaan sistem secara keseluruhan.

5. Masalah Standar Tegangan
Permasalahan standar tegangan merupakan masalah yang kompleks. Karena bila tegangan jaringan distribusi dinaikkan (dari 6 kV hingga 20 kV) berarti perlu : perubahan kualitas isolator, penambahan biaya peralatan, perubahan kualitas gardu distribusi (pembagi), dan sebagainya.
Semua dilakukan dengan : memperhitungkan daya yang disalurkan, jarak penyaluran, bentuk/konfiguarsi jaringan, keandalan (realibility) sistem, biaya peralatan, dan standarisasi peralatan yang digunakan untuk setiap perubahan tegangan tertentu.
Sehingga penentuan tegangan merupakan bagian dari perencanaan sistem secara keseluruhan.

Tegangan sistem merupakan tegangan normal yang harus dapat dipertahankan oleh sistem jaringan untuk jangka waktu tak terbatas, sehingga dapat dibedakan suatu sistem dengan sistem yang lain. Tegangan sistem ini biasanya memiliki dua harga, yaitu tegangan nominal dan tegangan maksimum.

Tegangan nominal merupakan tegangan dasar atau tegangan perencanaan yang dapat dipergunakan dan disalurkan secara berkesinambungan sehingga peralatan jaringan dapat bekerja dengan baik tanpa mengalami gangguan. Pada jaringan distribusi untuk sistem Ketenger (Jawa Tengah) tegangan nominal untuk jaringan distribusi primer ditetapkan sebesar 23 kV untuk tegangan line-to-line, dan tegangan 13,283 kV untuk tegangan line-to-ground pada rangkaian tiga fasa hubungan bintang ().

Tegangan maksimum merupakan batas maksimum tegangan yang dapat dipertahankan untuk tidak mengganggu stabilitas penyaluran daya dan peralatan jaringan pada waktu terjadi gangguan, sehingga kontinuitas pelayanan pada pusat beban (load center) tidak terganggu untuk jangka waktu yang tak terbatas.

Pada peralatan pelindung petir (lightning arrester) tegangan maksimum ini merupakan tegangan dasar (rated voltage). Karena saat terjadi gangguan akibat sambaran petir, maka saat itu akan terjadi pelepasan tegangan (voltage discharge) sehingga tegangan maksimum sistem dapat dipertahankan dan stabilitas tegangan nominal dapat mengalir tanpa mengalami gangguan.



B. Berdasarkan Ukuran Arus Listrik
Berdasarkan ukuran arus listrik maka sistem jaringan distribusi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu (a) jaringan distribusi arus bolak-balik (AC), dan (b) jaringan distribusi arus searah (DC). Kedua sistem jaringan distribusi tersebut dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Jaringan Distribusi AC
Keuntungannya
a. Mudah menstransformasikan tegangannya, naik maupun turun.
b. Dapat mengatasi kesulitan dalam menyalurkan tenaga listrik untuk jarak jauh.
c. Dapat langsung digunakan untuk memparalelkan beberapa Pusat Pembangkit Tenaga Listrik.
d. Dapat menyalurkan tiga atau empat tegangan dalam satu saluran, karena menggunakan sistem tiga fasa.
Sistem tiga fasa ini mempunyai kelebihan dibandingkan sistem satu fasa, yaitu :
a. Daya yang disalurkan lebih besar
b. Nilai sesaat konstan
c. Medan magnit putarnya mudah diadakan
Kerugiannya
a. Untuk tegangan tinggi sering terjadi arus pemuatan (charging current).
b. Memerlukan stabilitas tegangan untuk kondisi dan sifat beban yang berubah-ubah.
c. Memerlukan tingkat isolasi yang tinggi untuk tegangan tinggi.
d. Terjadinya efek kulit (skin effect), induktansi, dan kapasitansi untuk tegangan tinggi.

2. Jaringan Distribusi DC
Jaringan distribusi arus searah (DC) dewasa ini jarang digunakan, walaupun ada biasanya untuk daerah-daerah tertentu. Penggunaan jaringan DC ini dilakukan dengan jalan menyearahkan terlebih dahulu arus bolak-balik ke arus searah dengan alat penyearah Converter, sedangkan untuk merubah kembali dari arus bolak-balik ke arus searah digunakan alat Inverter. Walaupun demikian, sistem distribusi DC ini mempunyai keuntungan maupun kerugiannya, yaitu
Keuntungannya
a. Isolasinya lebih sederhana,
b. Daya guna (efisiensi) lebih tinggi, karena faktor dayanya = 1
c. Tidak ada masalah stabilisasi dan perubahan frekuensi untuk penyaluran jarak jauh.
d. Tidak ada masalah arus pengisian (charging current) untuk tegangan tinggi,
e. Dianggap ekonomis bila jarak penyaluran lebih besar dari 1000 km untuk saluran udara, dan lebih besar 50 km untuk saluran bawah tanah.
Kerugiannya
a. Pengubahan arus AC ke DC atau kebalikannya menggunakan peralatan Converter atau Inverter, memerlukan biaya yang tinggi karena peralatan tersebut harganya mahal.
b. Pada saat beban naik dan jarak penyaluran makin panjang, maka tegangan drop makin tinggi.
Dari kedua sistem ini yang banyak digunakan dewasa ini adalah sistem distribusi arus bolak-balik (AC).

C. Berdarkan Sistem Penyaluran
Berdasarkan sistem penyalurannya, jaringan distribusi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu dengan :
a. saluran udara (overhead line) dan
b. saluran bawah tanah (underground cable).
Saluran udara merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kawat penghantar yang ditompang pada tiang listrik. Sedangkan saluran bawah tanah merupakan sistem penyaluran tenaga listrik melalui kabel-kabel yang ditanamkan di dalam tanah.
1. Saluran Udara (Overhead Lines)
Keuntungannya
a. Lebih fleksibel dan leluasa dalam upaya untuk perluasan beban.
b. Dapat digunakan untuk penyaluran tenaga listrik pada tegangan diatas 66 kV.
c. Lebih mudah dalam pemasangannya.
d. Bila terjadi gangguan hubung singkat, mudah diatasi dan dideteksi.
Kerugiannya
a. Mudah terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon, dsb.
b. Untuk wilayah yang penuh dengan bangunan yang tinggi, sukar untuk menempatkan saluran,
c. Masalah efek kulit, induktansi, dan kapasitansi yang terjadi, akan mengakibatkan tegangan drop lebih tinggi.
d. Ongkos pemeliharaan lebih mahal, karena perlu jadwal pengecatan dan penggantian material listrik bila terjadi kerusakan.
2. Saluran Bawah Tanah (Underground Lines)
Keuntungannya
a. Tidak terpengaruh oleh cuaca buruk, bahaya petir, badai, tertimpa pohon, dsb.
b. Tidak mengganggu pandangan, bila adanya bangunan yang tinggi,
c. Dari segi keindahan, saluran bawah tanah lebih sempurna dan lebih indah dipandang,
d. Mempunyai batas umur pakai dua kali lipat dari saluran udara,
e. Ongkos pemeliharaan lebih murah, karena tidak perlu adanya pengecatan.
f. Tegangan drop lebih rendah karena masalah induktansi bisa diabaikan.

Kerugiannya
a. Biaya investasi pembangunan lebih mahal dibanding-kan dengan saluran udara,
b. Saat terjadi gangguan hubung singkat, usaha pencarian titik gangguan tidak mudah (susah),
c. Perlu pertimbangan-pertimbangan teknis yang lebih mendalam di dalam perencanaan, khususnya untuk kondisi tanah yang dilalui.
d. Hanya tidak dapat menghindari bila terjadi bencana banjir, desakan akar pohon, dan ketidakstabilan tanah.

D. Berdasarkan Konstruksi Jaringan
Melihat bentuk konstruksi jaringan distribusi tenaga listrik saluran udara, maka dikenal 2 macam konstruksi, yaitu :

1. Konstruksi Horizontal
Keuntungannya
a. Tekanan angin yang terjadi, terfokus pada wilayah cross-arm (travers)
b. Dapat digunakan untuk saluran ganda tiga fasa

Kerugiannya
a. Lebih banyak menggunakan cross-arm (travers)
b. Beban tiang (tekanan ke bawah) lebih berat.
c. Lebih banyak menggunakan isolator




2. Konstruksi Vertikal
Keuntungannya
a. Sangat cocok untuk wilayah yang memiliki bangunan tinggi
b. Beban tiang (tekanan ke bawah) lebih sedikit
c. Isolator jenis pasak (pin insulator) jarang digunakan
d. Tanpa menggunakan cross-arm (travers)

Kerugiannya
a. Tekanan angin merata di bagian tiang
b. Terbatas hanya untuk saluran tunggal tiga fasa



E. Berdasarkan Bentuk Jaringan
1. Sistem Radial Terbuka
Keuntungannya
a. Konstruksinya lebih sederhana
b. Material yang digunakan lebih sedikit, sehingga lebih murah
c. Sistem pemeliharaannya lebih murah
d. Untuk penyaluran jarak pendek akan lebih murah
Kelemahannya
a. Keterandalan sistem ini lebih rendah
b. Faktor penggunaan konduktor 100 %
c. Makin panjang jaringan (dari Gardu Induk atau Gardu Hubung) kondisi tegangan tidak dapat diandalkan
d. Rugi-rugi tegangan lebih besar
e. Kapasitas pelayanan terbatas
f. Bila terjadi gangguan penyaluran daya terhenti.



Sistem radial pada jaringan distribusi merupakan sistem terbuka, dimana tenaga listrik yang disalurkan secara radial melalui gardu induk ke konsumen-konsumen dilakukan secara terpisah satu sama lainnya. Sistem ini merupakan sistem yang paling sederhana diantara sistem yang lain dan paling murah, sebab sesuai konstruksinya sistem ini menghendaki sedikit sekali penggunaan material listrik, apalagi jika jarak penyaluran antara gardu induk ke konsumen tidak terlalu jauh.
Sistem radial terbuka ini paling tidak dapat diandalkan, karena penyaluran tenaga kistrik hanya dilakukan dengan menggunakan satu saluran saja. Jaringan model ini sewaktu mendapat gangguan akan menghentikan penyaluran tenaga listrik cukup lama sebelum gangguan tersebut diperbaiki kembali. Oleh sebab itu kontinuitas pelayanan pada sistem radial terbuka ini kurang bisa diandalkan. Selain itu makin panjang jarak saluran dari gardu induk ke konsumen, kondisi tegangan makin tidak bisa diandalkan, justru bertambah buruk karena rugi-rugi tegangan akan lebih besar. Berarti kapasitas pelayanan untuk sistem radial terbuka ini sangat terbatas.
2. Sistem Radial Paralel
Keuntungannya
a. Kontinuitas pelayanan lebih terjamin, karena menggunakan dua sumber
b. Kapasitas pelayanan lebih baik dan dapat melayani beban maksimum
c. Kedua saluran dapat melayani titik beban secara bersama
d. Bila salah satu saluran mengalami gangguan, maka saluran yang satu lagi dapat menggantikannya, sehingga pemadaman tak perlu terjadi.
e. Dapat menyalurkan daya listrik melalui dua saluran yang diparalelkan
Kelemahannya
a. Peralatan yang digunakan lebih banyak terutama peralatan proteksi
b. Biaya pembangunan lebih mahal




Untuk memperbaiki kekurangan dari sistem radial terbuka diatas maka dipakai konfigurasi sistem radial paralel, yang menyalurkan tenaga listrik melalui dua saluran yang diparalelkan. Pada sistem ini titik beban dilayani oleh dua saluran, sehingga bila salah satu saluran mengalami gangguan, maka saluran yang satu lagi dapat menggantikan melayani, dengan demikian pemadaman tak perlu terjadi. Kontinuitas pelayanan sistem radial paralel ini lebih terjamin dan kapasitas pelayanan bisa lebih besar dan sanggup melayani beban maksimum (peak load) dalam batas yang diinginkan. Kedua saluran dapat dikerjakan untuk melayani titik beban bersama-sama. Biasanya titik beban hanya dilayani oleh salah satu saluran saja. Hal ini dilakukan untuk menjaga kontinuitas pelayanan pada konsumen.
3. Sistem Rangkaian Tertutup (Loop Circuit)



Gambar 1
Diagram satu garis sistem jaringan tenaga listrik


Keuntungannya
a. Dapat menyalurkan daya listrik melalui satu atau dua saluran feeder yang saling berhubungan
b. Menguntungkan dari segi ekonomis
c. Bila terjadi gangguan pada salauran maka saluran yang lain dapat menggantikan untuk menyalurkan daya listrik
d. Konstinuitas penyaluran daya listrik lebih terjamin
e. Bila digunakan dua sumber pembangkit, kapasitas tegangan lebih baik dan regulasi tegangan cenderung kecil
f. Dalam kondisi normal beroperasi, pemutus beban dalam keadaan terbuka
g. Biaya konstruksi lebih murah
h. Faktor penggunaan konduktor lebih rendah, yaitu 50 %
i. Keandalan relatif lebih baik

Kelemahannya
a. Keterandalan sistem ini lebih rendah
b. Drop tegangan makin besar
c. Bila beban yang dilayani bertambah, maka kapasitas pelayanan akan lebih jelek

Sistem rangkaian tertutup pada jaringan distribusi merupakan suatu sistem penyaluran melalui dua atau lebih saluran feeder yang saling berhubungan membentuk rangkaian berbentuk cincin.
Sistem ini secara ekonomis menguntungkan, karena gangguan pada jaringan terbatas hanya pada saluran yang terganggu saja. Sedangkan pada saluran yang lain masih dapat menyalurkan tenaga listrik dari sumber lain dalam rangkaian yang tidak terganggu. Sehingga kontinuitas pelayanan sumber tenaga listrik dapat terjamin dengan baik.
Yang perlu diperhatikan pada sistem ini apabila beban yang dilayani bertambah, maka kapasitas pelayanan untuk sistem rangkaian tertutup ini kondisinya akan lebih jelek. Tetapi jika digunakan titik sumber (Pembangkit Tenaga Listrik) lebih dari satu di dalam sistem jaringan ini maka sistem ini akan benyak dipakai, dan akan menghasilkan kualitas tegangan lebih baik, serta regulasi tegangannya cenderung kecil.

4. Sistem Network/Mesh


Gambar 1
Diagram satu garis sistem jaringan tenaga listrik
Keuntungannya
a. Penyaluran tenaga listrik dapat dilakukan secara terus-menerus (selama 24 jam) dengan menggunakan dua atau lebih feeder
b. Merupakan pengembangan dari sistem-sistem yang terdahulu
c. Tingkat keterandalannya lebih tinggi
d. Jumlah cabang lebih banyak dari jumlah titik feeder
e. Dapat digunakan pada daerah-daerah yang memiliki tingkat kepadatan yang tinggi
f. Memiliki kapasitas dan kontinuitas pelayanan sangat baik
g. Gangguan yang terjadi pada salah satu saluran tidak akan mengganggu kontinuitas pelayanan

Kelemahannya
a. Biaya konstruksi dan pembangunan lebih tinggi
b. Setting alat proteksi lebih sukar

Sistem network/mesh ini merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara terus-menerus oleh dua atau lebih feeder pada gardu-gardu induk dari beberapa Pusat Pembangkit Tenaga Listrik yang bekerja secara paralel. Sistem ini merupakan pengembangan dari sistem-sistem yang terdahulu dan merupakan sistem yang paling baik serta dapat diandalkan, mengingat sistem ini dilayani oleh dua atau lebih sumber tenaga listrik. Selain itu junlah cabang lebih banyak dari jumlah titik feeder.
Sistem ini dapat digunakan pada daerah-daerah yang memiliki kepadatan tinggi dan mempunyai kapasitas dan kontinuitas pelayanan yang sangat baik. Gangguan yang terjadi pada salah satu saluran tidak akan mengganggu kontinuitas pelayanan. Sebab semua titik beban terhubung paralel dengan beberapa sumber tenaga listrik.

5. Sistem Interkoneksi
Keuntungannya
a. Merupakan pengembangan sistem network / mesh
b. Dapat menyalurkan tenaga listrik dari beberapa Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
c. Penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung terus-menerus (tanpa putus), walaupun daerah kepadatan beban cukup tinggi dan luas
d. Memiliki keterandalan dan kualitas sistem yang tinggi
e. Apabila salah satu Pembangkit mengalami kerusakan, maka penyaluran tenaga listrik dapat dialihkan ke Pusat Pembangkit lainnya.
f. Bagi Pusat Pembangkit yang memiliki kapasitas lebih kecil, dapat dipergunakan sebagai cadangan atau pembantu bagi Pusat Pembangkit Utama (yang memiliki kapasitas tenaga listrik yang lebih besar)
g. Ongkos pembangkitan dapat diperkecil
h. Sistem ini dapat bekerja secara bergantian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
i. Dapat memperpanjang umur Pusat Pembangkit
j. Dapat menjaga kestabilan sistem Pembangkitan
k. Keterandalannya lebih baik
l. Dapat di capai penghematan-penghematan di dalam investasi

Kelemahannya
a. Memerlukan biaya yang cukup mahal
b. Memerlukan perencanaan yang lebih matang
c. Saat terjadi gangguan hubung singkat pada penghantar jaringan, maka semua Pusat Pembangkit akan tergabung di dalam sistem dan akan ikut menyumbang arus hubung singkat ke tempat gangguan tersebut.
d. Jika terjadi unit-unit mesin pada Pusat Pembangkit terganggu, maka akan mengakibatkan jatuhnya sebagian atau seluruh sistem.
e. Perlu menjaga keseimbangan antara produksi dengan pemakaian
g. Merepotkan saat terjadi gangguan petir

Sistem interkoneksi ini merupakan perkembangan dari sistem network/mesh. Sistem ini menyalurkan tenaga listrik dari beberapa Pusat Pembangkit Tenaga Listrik yang dikehendaki bekerja secara paralel. Sehing-ga penyaluran tenaga listrik dapat berlangsung terus-menerus (tak terputus), walaupun daerah kepadatan beban cukup tinggi dan luas. Hanya saja sistem ini memerlukan biaya yang cukup mahal dan perencanaan yang cukup matang. Untuk perkembangan dikemudian hari, sistem interkoneksi ini sangat baik, bisa diandalkan dan merupakan sistem yang mempunyai kualitas yang cukup tinggi.
Pada sistem interkoneksi ini apabila salah satu Pusat Pembangkit Tenaga Listrik mengalami kerusakan, maka penyaluran tenaga listrik dapat dialihkan ke Pusat Pembangkit lain. Untuk Pusat Pembangkit yang mem-punyai kapasitas kecil dapat dipergunakan sebagai pembantu dari Pusat Pembangkit Utama (yang mempunyai kapasitas tenaga listrik yang besar). Apabila beban normal sehari-hari dapat diberikan oleh Pusat Pembangkit Tenaga listrik tersebut, sehingga ongkos pembangkitan dapat diperkecil. Pada sistem inter-koneksi ini Pusat Pembangkit Tenaga Listrik bekerja bergantian secara teratur sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Sehingga tidak ada Pusat Pembangkit yang bekerja terus-menerus. Cara ini akan dapat memperpanjang umur Pusat Pembangkit dan dapat menjaga kestabilan sistem pembangkitan.

III. Evaluasi
Soal-soal pertanyaan :
1. Mengapa jaringan distribusi tenaga listrik di Indonesia lebih banyak menggunakan jaringan arus bolak-balik (AC) dan mengapa tidak menggunakan jaringan arus searah (DC).
2. Penggunaan jaringan di bawah tanah (underground lines) memerlukan pertimbangan-pertimbangan teknis. Apa alasan dan jenis pertimbangan teknis tersebut ?
3. Jaringan distribusi sekunder pada wilayah perumahan sering digunakan sistem jaringan radial terbuka. Apa keuntungan dan kelemahan menggunakan sistem jaringan radial terbuka tersebut.
4.. Sebutkan beberapa permasalahan yang tejadi pada sistem jaingan interkoneksi.


IV Daftar Pustaka
1. PT PLN (Persero), 1997, KUSUS PMELIHARAAN DISTRIBUSI UNTUK PENURUNAN RUGI JARINGAN, Jakarta : Jasa Pendidikan dan Pelatihan PLN Pusat.

2. PT PLN (Persero), tanpa tahun, DIKTAT PENGENALAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK, Maninjau : Udiklat maninjau.

3. Artono Arismunandar & Susumu Kuwahara, (1973) : Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, Jilid II : Saluran Transmisi, Cetakan Pertama, Tokyo & Jakarta : Association for International Technical Promotion & Pradnya Paramita.

4. A.S. Pabla, (1986) : Sistem Distribusi Daya Listrik, terjemahan Abdul Hadi, Jakarta : Penerbit Erlangga.

5. J.B. Gupta, (1981 ) : A Course in Electrical Power, Sixth Edition, Ludhiana (India) : Katson Publishing House.

6. J.B. Gupta, (1981) : A Course in Electrical Technology, Seventh Edition, Ludhiana (India) : Katson Publishing House.

7. PLN Pembangunan VII, (197..) : Distribution System Design Consideration for Central Java Indonesia, Semarang : PLN Pembangunan VII Kelistrikan Jawa Tengah II.

8. Surat Keputusan Dirjen Tenaga dan Listrik, No.08/K/1970 tanggal 16 Januari 1970, tentang Tegangan Distribusi Primer.

9. Surat Keputusan Dirjen Tenaga dan Listrik, No.09/K/1970 tanggal 19 Januari 1970, tentang Tegangan Distribusi Sekunder.

10. Instruksi Dirjen Tenaga dan Listrik, No. 04/I/1970 tanggal 16 Januari 1970, tentang Pengarahan Pem-bangunan Jaringan Distribusi Menurut Sistem Distribusi Atas Tanah.

11. Surat Keputusan Dirjen Tenaga dan Listrik, No. 39/K/1970 tanggal 16 Mei 1970, tentang Tegangan Tinggi.

12. Sistem Interkoneksi Antara Tuntutan, Tantangan dan Kelemahan, Majalah Listrik Indonesia, Mei/Juni 1997,. Halaman 8 – 11.

13. SPLN 1 : 1995, tentang Tegangan-Tegangan Strandar, Jakarta : PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero).




Biografi Penulis


Drs. Daman Suswanto, dilahirkan didaerah Pendopo minyak Sumatera Selatan, tahun 1948. Menyelesaikan pendidikan S.1 tahun 1977 di Yogyakarta. Pengalaman dalam bidang Distribusi Tenaga Listrik tahun 1974 saat magang di Proyek Pembanguan VII PLN Jawa Tengah di Semarang. Mengajar Distribusi Tenaga Listrik dan Transmisi Tenaga Listrik sejak tahun 1978 di FKT IKIP Padang hingga sekarang di Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.





Ali Basrah Pulungan, S.T., M.T. lahir di Mandailing Natal Sumatera Utara tahun 1974. Memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) dari Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan tahun 1999 dan gelar Magister Teknik (M.T.) dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Program Studi Teknik Elektro tahun 2007. Sejak tahun 2000 – 2003 bekerja di berbagai perusahan swasta di Sumatera Utara dan Jakarta. Desembar 2003 diterima sebagai staf pengajar pada Jurusan Teknik Elektro FT – UNP Padang. Bidang keahlian Sistem Tenaga Listrik dengan mata kuliah Distribusi Tenaga Listrik dan Transmisi Tenaga Listrik
.

Materi kuliah elektro 08 unp

Konsep Dasar Jaringan Distribusi
Sistem Distribusi Tenaga Listrik

Daman Suswanto
Ali Basrah Pulungan
alibp@ft.unp.ac.id

I. Pendahuluan
A. Deskripsi.
Modul ini membahas tentang konsep dasar jaringan distribusi yang terdiri dari pengertian jaringan, sistem pendistribusian tenaga listrik, struktur jaringan distribusi tenaga listrik dan persyaratan yang perlu ditetapkan dalam suatu jaringan distribusi.

B. Prasyarat.
Mahasiswa yang akan mengikuti perkuliahan ini diharapkan telah memiliki pengetahuan tentang Sistem Pembangkit Tenaga Listrik, mengingat materi Distribusi Tenaga Listrik pada dasarnya merupakan kelanjutan dari mata kuliah tersebut.

C. Petunjuk Penggunaan Modul
1. Bacalah modul ini secara berurutan, mulai dari tujuan sampai pada soal pertanyaan, dan pahami secara benar isi dari setiap sub-babnya.
2. Amati tugas yang akan dikerjakan, dan diskusikan dengan teman.
3. Bila terjadi kesulitan dalam memahami teori ini, Saudara dapat konsultasikan pada dosen atau dapat Saudara diskusikan kepada teman sekelompok diskusi.
D. Tujuan Akhir.
1. Mahasiswa memiliki kemampuan menjelaskan konsep dasar jaringan distribusi tenaga listrik, yang meliputi : pengertian jaringan, perbedaan jaringan distribusi dengan jaringan transmisi, sistem pendistribusian energi listrik, persyaratan jaringan distribusi, faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, keterandalan, pelayanan, dan keselamatan suatu jaringan distribusi tenaga listrik.
2. Mampu menjelaskan : perbedaan jaringan distribusi dengan jaringan transmisi, sistem pendistribusian tenaga listrik, struktur jaringan distribusi, dan persyaratan jaringan distribusi serta faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas, keterandalan jaringan, pelayanan dan keselamatan suatu jaringan distribusi tenaga listrik.

E. Kompetensi.
Memiliki kemampuan menjelaskan tentang konsep dasar jaringan distribusi tenaga listrik yang terdiri dari : perbedaan antara jaringan distribusi dengan jaringan transmisi, sistem pendistribusian tenaga listrik

F. Cek Kemampuan.
Cek kemampuan mahasiswa dilakukan dengan memberikan tugas dan kuis pada setiap modul.

II. Materi Pembelajaran
A. Pengertian Jaringan
Listrik, dihasilkan dan dikirimkan ke konsumen melalui sistem pembangkitan, sistem transmisi dan sistem distribusi, ketiga sistem ini disebut sebagai sistem tenaga listrik. Sistem pembangkit (generation plant) terdiri dari satu atau lebih unit pembangkit yang akan mengkonversikan energi mekanik menjadi energi listrik dan harus mampu menghasilkan daya listrik yang cukup sesuai kebutuhan konsumen, sistem transmisi berfungsi mentransfer energi listrik dari unit-unit pembangkitan di berbagai lokasi dengan jarak yang jauh ke sistem distribusi tanpa terjadi pemanasan lebih pada saluran, sedangkan sistem distribusi berfungsi untuk menghantarkan energi listrik ke konsumen, seperti ditunjukkan pada gambar 1.




Gambar 1. Sistem tenaga listrik terdiri atas sistem pembangkit,
sistem transmisi dan sistem distribusi.



B. Perbedaan Jaringan Distribusi Dengan Jaringan Transmisi
Untuk membedakan antara jaringan transmisi dan jaringan distribusi dapat dilihat pada tabel 1 yang dipandang dari berbagai segi, yaitu :






Tabel 1. Perbedaan Antara Jaringan Distribusi dengan Jaringan Transmisi

No Dari segi Distribusi Transmisi
1
Letak Lokasi Jaringan Dalam kota Luar kota
2
Tegangan Sistem < 30 kV > 30 kV
3 Bentuk Jaringan Radial, Loop, Paralel Interkoneksi
Radial dan Loop

4 Sistem Penyaluran Saluran Udara dan
Saluran Bawah Tanah Saluran Udara
Saluran Bawah Laut
5 Konstruksi Jaringan Lebih rumit dan beragam Lebih sederhana

6 Analisis Jaringan Lebih kompleks Lebih sederhana

7 Komponen Rangkaian
Yang Diperhitungkan Komponen R dan L Komponen R, L, & C
8
Penyangga Jaringan Tiang Jaringan Menara Jaringan
9 Tinggi Penyangga Jaringan Kurang dari 20 m 30 - 200 m

10
Kawat Penghantar BCC, SAC, AAC, & AAAC ACSR dan ACAR
11
Kawat Tarikan Dengan kawat tarikan Tanpa kawat tarikan
12
Isolator Jaringan Jenis pasak (pin)
Jenis post (batang)
Jenis gantung
Jenis cincin Jenis gantung
13
Besarnya Andongan 0 - 1 m 2 - 5 m
14
Fungsinya Menyalurkan daya ke konsumen Menyalurkan daya ke Gardu Induk
15
Bahan penyangga
Baja, besi, kayu Baja
16
Jarak antar tiang 40 – 100 m 150 – 350 m








Gambar 2.
Perbedaan jaringan distribusi dan transmisi dari segi penyangga jaringan
a. Jaringan Distribusi, b. Jaringan Transmisi

B. Sistem Kelistrikan

Pada umunya dalam saluran distribusi menggunakan sistem arus bolak balik (ABB) tiga fasa. Distribusi primer yaitu tegangan menengah, biasanya menggunakan tiga fasa tiga kawat, sedangakan distribusi sekunder, yaitu tegangan rendah, menggunakan tiga fasa empat kawat.

1. Sistem ABB Tiga fasa Tiga Kawat
Sistem ABB tiga fasa tiga kawat banyak dipakai pada saluran distribusi primer, yaitu pada penggunaan tegangan menegah bahkan sistem ini juga dipakai untuk saluran transmisi tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi. Gambar 3 memperlihatkan sistem ABB tiga fasa tiga kawat sederhana.



Gambar 3. Sistem ABB Tiga Fasa Tiga Kawat

Beban dapat berbentuk bintang ataupun delta dengan masing–masing fasa diberi suatu tanda, yaitu R, S, T. beban dapat juga dipasang antar fasa dan fasa, akan tetapi hai ini akan banyak berpengaruh pada keseimbangan sistem secara menyeluruh. Pada beban seimbang maka seluruh daya adalah sama dengan tiga kali daya tiap fasa. Begitu pula rugi–rugi keseluruhan adalah tiga kali rugi–rugi tiap fasa.
2. Sistem ABB Tiga Fasa Empat Kawat.
Sebagaimana dikemukakan sebelumya, sistem ABB tiga fasa empat kawat banyak dipakai pada distribusi sekunder, yaitu pada tegangan rendah, seperti yang diperlihatkan gambar 4., selain fasa–fasa R, S, T, terdapat pula kawat netral atau fasa 0, karena langsung berhubungan dengan pelanggan, yaitu masyarakat, maka untuk keamanan manusia sistem ini dibumikan pada fasa 0.
Beban pada pemakai kecil biasanya satu fasa, yaitu antara fasa dan nol. Beban dapat pula dihubungkan antara dua fasa, ataupun tiga fasa. Pada gambar 4. memperlihatkan tiga fasa berbentuk bintang dengan titik nol atau dibumikan.


gambar 4. Sistem ABB Tiga Fasa Empat Kawat.
Sebagaimana juga berlaku pada sistem tiga fasa tiga kawat, bila beban seimbang, maka daya seluruh sistem adalah tiga kali daya per fasa. Disebabkan distribusi sekunder para pemakai terbanyak merupakan pelanggan satu fasa, maka beban biasanya tidak begitu seimbang dan perusahaan listrik harus senantiasi berusaha untuk secara berkala menyesuaikan penyambungan para pelanggan agar mendekati seimbang.

D. Sistem Pendistribusian Tenaga Listrik
Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sistem pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tak langsung.

1. Sistem Pendistribusian Langsung
Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan secara langsung dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik, dan tidak melalui jaringan transmisi terlebih dahulu. Sistem pendistribusian langsung ini digunakan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik berada tidak jauh dari pusat-pusat beban, biasanya terletak daerah pelayanan beban atau dipinggiran kota.
2. Sistem Pendistribusian Tak Langsung
Sistem pendistribusian tak langsung merupakan sistem penyaluran tenaga listrik yang dilakukan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat-pusat beban, sehingga untuk penyaluran tenaga listrik memerlukan jaringan transmisi sebagai jaringan perantara sebelum dihubungkan dengan jaringan distribusi yang langsung menyalurkan tenaga listrik ke konsumen.



Gambar 5. Sistem pendistribusian langsung dan tak langsung

E. Struktur Jaringan Distribusi
Sistem distribusi tenaga listrik terdiri dari beberapa bagian, yaitu :

1. Gardu Induk atau Pusat Pembangkit Tenaga Listrik
Pada bagian ini jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara langsung, maka bagian pertama dari sistem distribusi tenaga listrik adalah Pusat Pembangkit Tenaga Listrik. Biasanya Pusat Pembangkit Tenaga Listrik terletak di pingiran kota dan pada umumnya berupa Pusat Pembangkit Tenaga Diesel (PLTD). Untuk menyalurkan tenaga listrik ke pusat-pusat beban (konsumen) dilakukan dengan jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.
Jika sistem pendistribusian tenaga listrik dilakukan secara tak langsung, maka bagian pertama dari sistem pendistribusian tenaga listrik adalah Gardu Induk yang berfungsi menurunkan tegangan dari jaringan transmisi dan menyalurkan tenaga listrik melalui jaringan distribusi primer.



Gambar 6. Gardu Induk

2. Jaringan Distribusi Primer
Jaringan distribusi primer merupakan awal penyaluran tenaga listrik dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik ke konsumen untuk sistem pendistribusian langsung. Sedangkan untuk sistem pendistribusian tak langsung merupakan tahap berikutnya dari jaringan transmisi dalam upaya menyalurkan tenaga listrik ke konsumen. Jaringan distribusi primer atau jaringan distribusi tegangan tinggi (JDTT) memiliki tegangan sistem sebesar 20 kV. Untuk wilayah kota tegangan diatas 20 kV tidak diperkenankan, mengingat pada tegangan 30 kV akan terjadi gejala-gejala korona yang dapat mengganggu frekuensi radio, TV, telekomunikasi, dan telepon.
Sifat pelayanan sistem distribusi sangat luas dan komplek, karena konsumen yang harus dilayani mempunyai lokasi dan karaktristik yang berbeda. Sistem distribusi harus dapat melayani konsumen yang terkonsentrasi di kota, pinggiran kota dan konsumen di daerah terpencil. Sedangkan dari karaktristiknya ada konsumen perumahan dan konsumen dunia industri. Sistem konstruksi saluran distribusi terdiri dari saluran udara dan saluran bawah tanah. Pemilihan konstruksi tersebut didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut: alasan teknis yaitu berupa persyaratan teknis, alasan ekonomis, alasan estetika dan alasan pelayanan yaitu kontinuitas pelayanan sesuai jenis konsumen.



























Gambar 7
Jaringan distribusi primer 20 kV


4. Gardu Pembagi/Gardu Distribusi
Berfungsi merubah tegangan listrik dari jaringan distribusi primer menjadi tegangan terpakai yang digunakan untuk konsumen dan disebut sebagai jaringan distribusi skunder. Kapasitas transformator yang digunakan pada Gardu Pembagi ini tergantung pada jumlah beban yang akan dilayani dan luas daerah pelayanan beban. Bisa berupa transformator satu fasa dan bisa juga berupa transformator tiga fasa.



Gambar 8. Gardu Distribusi jenis tiang

4. Jaringan Distribusi Sekunder
Jaringan distribusi sekunder atau jaringan distribusi tegangan rendah (JDTR) merupakan jaringan tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan konsumen. Oleh karena itu besarnya tegangan untuk jaringan distribusi sekunder ini 130/230 V dan 130/400 V untuk sistem lama, atau 230/400 V untuk sistem baru. Tegangan 130 V dan 230 V merupakan tegangan antara fasa dengan netral, sedangkan tegangan 400 V merupakan tegangan fasa dengan fasa.



Gambar 9. Jaringan distribusi sekunder 220 V


F. Persyaratan Sistem Distriusi Tenaga Listrik
Dalam usaha meningkatkan kualitas, keterandalan, dan pelayanan tenaga listrik ke konsumen, maka diperlukan persyaratan sistem distribusi tenaga listrik yang memenuhi alasan-alasan teknis, ekonomis, dan sosial sehingga dapat memenuhi standar kualitas dari sistem pendistribusian tenaga listrik tersebut.
Adapun syarat-syarat sistem distribusi tenaga listrik tersebut adalah :

1. Faktor Keterandalan Sistem
a. Kontinuitas penyaluran tenaga listrik ke konsumen harus terjamin selama 24 jam terus-menerus. Persyaratan ini cukup berat, selain harus tersedianya tenaga listrik pada Pusat Pembangkit Tenaga Listrik dengan jumlah yang cukup besar, juga kualitas sistem distribusi tenaga listrik harus dapat diandalkan, karena digunakan secara terus-menerus. Untuk hal tersebut diperlukan beberapa cadangan, yaitu cadangan siap, cadangan panas, dan cadangan diam.
1). Cadangan siap adalah suatu cadangan yang didapat dari suatu pembangkit yang tidak dibebani secara penuh dan dioperasi-kan sinkron dengan pembangkitlain guna menanggulangi kekurangan daya listrik.
2). Cadangan panas adalah cadangan yang disesuaikan dari pusat pembangkit tenaga termis dengan ketel-ketel yang selalu dipanasi atau dari PLTA yang memiliki kapasitas air yang setiap saat mampu untuk menggerakkannya.
3). Cadangan diam adalah cadangan dari pusat-pusat pembangkit tenaga listrik yang tidak dioperasikan tetapi disediakan untuk setiap saat guna menanggulangi kekurangan daya listrik.

b. Setiap gangguan yang terjadi dengan mudah dilacak dan diisolir sehingga pemadaman tidak perlu terjadi. Untuk itu diperlukan alat-alat pengaman dan alat pemutus tegangan (air break switch) pada setiap wilayah beban.

c. Sistem proteksi dan pengaman jaringan harus tetap dapat bekerjadengan baik dan cepat.

2. Faktor Kualitas Sistem
a. Kualitas tegangan listrik yang sampai ke titik beban harus memenuhi persyaratan minimal untuk setiap kondisi dan sifat-sifat beban. Oleh karena itu diperlukan stabilitas tegangan (voltage regulator) yang bekerja secara otomatis untuk menjamin kualitas tegangan sampai ke konsumen stabil.
b. Tegangan jatuh atau tegangan drop dibatasi pada harga 10 % dari tegangan nominal sistem untuk setiap wilayah beban. (Lihat IEC Publication 38/1967). Untuk itu untuk daerah beban yang terlalu padat diberikan beberapa voltage regulator untuk menstabilkan tegangan.
c. Kualitas peralatan listrik yang terpasang pada jaringan dapat menahan tegangan lebih (over voltage) dalam waktu singkat.
3. Faktor Keselamatan Sistem dan Publik
a. Keselamatan penduduk dengan adanya jaringan tenaga listrik harus terjamin dengan baik. Artinya, untuk daerah padat penduduknya diperlukan rambu-rambu pengaman dan peringatan agar penduduk dapat mengetahui bahaya listrik. Selain itu untuk daerah yang sering mengalami gangguan perlu dipasang alat pengaman untuk dapat meredam gangguan tersebut secara cepat dan terpadu.
b. Keselamatan alat dan perlengkapan jaringan yang dipakai hendaknya memiliki kualitas yang baik dan dapat meredam secara cepat bila terjadi gangguan pada sistem jaringan. Untuk itu diperlukan jadwal pengontrolan alat dan perlengkapan jaringan secara terjadwal dengan baik dan berkesinambungan.

4. Faktor Pemeliharaan Sistem
a. Kontinuitas pemeliharaan sistem perlu dijadwalkan secara berkesinam-bungan sesuai dengan perencanaan awal yang telah ditetapkan, agar kualitas sistem tetap terjaga dengan baik.
b. Pengadaan material listrik yang dibutuhkan hendaknya sesuai dengan jenis/ spesifikasi material yang dipakai, sehingga bisa dihasilkan kualitas sistem yang lebih baik dan murah.

5. Faktor Perencanaan Sistem
Perencanaan jaringan distribusi harus dirancang semaksimal mungkin, untuk perkembangan dikemudian hari.

Persyaratan sistem distribusi seperti diatas hanya bisa dipenuhi bila tersedia modal (investasi) yang cukup besar, sehingga sistem bisa dilengkapi dengan peralatan-peralatan yang mempunyai kualits tinggi. Selain pemeliharaan sistem yang berkesinambungan sesuai jadwal yang ditentukan, seringkali berakibat fatal pada sistem jaringan justru karena kelalaian dalam cara pemeliharaan yang sebenarnya, disamping peren-canaan awal yang kurang memenuhi syarat.
Untuk sistem tenaga listrik yang besar (power utility) biaya untuk sistem distribusi bisa mencapai 50 % - 60 % investasi keseluruhan yang diperlukan untuk sistem tenaga listrik. Apalagi sistem distribusi merupakan bagian yang paling banyak mengalami gangguan-gangguan sehingga bisa mengganggu kontinuitas aliran tenaga listrik pada konsumen.

III. Evaluasi
Soal-soal pertanyaan :
1. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pertimbangan dalam menentukan tegangan sistem dari suatu jaringan ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menentukan kualitas sistem jaringan distribusi tenaga listrik ?

3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterandalan suatu sistem jaringan distribusi tenaga listrik ?

4. Apa alasan Pemerintah menetapkan tegangan sistem jaringan distribusi 275 kV menjadi tegangan 500 kV ?

5. Jelaskan dampak positif dan dampak negatif sistem jaringan distribusi langsung dan sistem jaringan distribusi tak langsung terhadap konsumen tenaga listrik.

IV. Daftar Pustaka
1. PT PLN (Persero), 1997, KUSUS PMELIHARAAN DISTRIBUSI UNTUK PENURUNAN RUGI JARINGAN, Jakarta : Jasa Pendidikan dan Pelatihan PLN Pusat.

2. PT PLN (Persero), tanpa tahun, DIKTAT PENGENALAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK, Maninjau : Udiklat maninjau.

3. Artono Arismunandar & Susumu Kuwahara, (1973) : Buku Pegangan Teknik Tenaga Listrik, Jilid II : Saluran Transmisi, Cetakan Pertama, Tokyo & Jakarta : Association for International Technical Promotion & Pradnya Paramita.

4. A.S. Pabla, (1986) : Sistem Distribusi Daya Listrik, terjemahan Abdul Hadi, Jakarta : Penerbit Erlangga.

5. Diktat kuliah, (1972) : Sistem Distribusi Tenaga Listrik, Yogyakarta : Fakultas Teknik Bagian Listrik Universitas Gadjah Mada.

6. J.B. Gupta, (1981 ) : A Course in Electrical Power, Sixth Edition, Ludhiana (India) : Katson Publishing House.

7. J.B. Gupta, (1981) : A Course in Electrical Technology, Seventh Edition, Ludhiana (India) : Katson Publishing House.

8. PLN Pembangunan VII, (197..) : Distribution System Design Consideration for Central Java Indonesia, Semarang : PLN Pembangunan VII Kelistrikan Jawa Tengah II.

9. Surat Keputusan Dirjen Tenaga dan Listrik, No.08/K/1970 tanggal 16 Januari 1970, tentang Tegangan Distribusi Primer.

10. Surat Keputusan Dirjen Tenaga dan Listrik, No.09/K/1970 tanggal 19 Januari 1970, tentang Tegangan Distribusi Sekunder.

11. Instruksi Dirjen Tenaga dan Listrik, No. 04/I/1970 tanggal 16 Januari 1970, tentang Pengarahan Pemban gunan Jaringan Distribusi Menurut Sistem Distribusi Atas Tanah.

12. Surat Keputusan Dirjen Tenaga dan Listrik, No. 39/K/1970 tanggal 16 Mei 1970, tentang Tegangan Tinggi.

13. SPLN 1 : 1995, tentang Tegangan-Tegangan Strandar, Jakarta : PT. Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Biografi Penulis

Drs. Daman Suswanto, dilahirkan didaerah Pendopo minyak Sumatera Selatan, tahun 1948. Menyelesaikan pendidikan S.1 tahun 1977 di Yogyakarta. Pengalaman dalam bidang Distribusi Tenaga Listrik tahun 1974 saat magang di Proyek Pembanguan VII PLN Jawa Tengah di Semarang. Mengajar Distribusi Tenaga Listrik dan Transmisi Tenaga Listrik sejak tahun 1978 di FKT IKIP Padang hingga sekarang di Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang.




Ali Basrah Pulungan, S.T., M.T. lahir di Mandailing Natal Sumatera Utara tahun 1974. Memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.) dari Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Medan tahun 1999 dan gelar Magister Teknik (M.T.) dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Program Studi Teknik Elektro tahun 2007. Sejak tahun 2000 – 2003 bekerja di berbagai perusahan swasta di Sumatera Utara dan Jakarta dengan jabatan diantaranya kepala bagian teknik dan koordinator wiring. Desembar 2003 diterima sebagai staf pengajar pada Jurusan Teknik Elektro FT – UNP Padang. Bidang keahlian Sistem Tenaga Listrik dengan mata kuliah Distribusi Tenaga Listrik dan Transmisi Tenaga Listrik .